Jakarta – Ketika pertama kali diperkenalkan oleh Steve Jobs pada 27 Januari 2010, kehadiran iPad sempat menuai cemooh. Banyak yang mempertanyakan relevansinya di tengah dominasi laptop dan ponsel pintar. Tak sedikit pengamat teknologi kala itu menyebut iPad hanya “iPhone besar tanpa fungsi menelepon”.
Namun, lebih dari satu dekade berlalu, perangkat ini justru menjelma menjadi tolok ukur kesuksesan di pasar tablet global. Tak hanya mendefinisikan ulang kategori perangkat mobile, iPad juga berhasil menjadi standar industri yang sulit disaingi.
Transformasi Persepsi
Pada masa peluncurannya, skeptisisme datang dari berbagai kalangan, termasuk media teknologi ternama. Wired sempat menulis bahwa iPad “terlihat keren tapi tak tahu untuk apa digunakan.” Bahkan, sejumlah meme bermunculan, menyindir bentuk dan fungsinya yang dianggap nanggung antara smartphone dan laptop.
Namun Apple tetap melaju dengan keyakinan penuh. Dukungan ekosistem aplikasi, inovasi desain, serta pendekatan edukasi dan kreatif membalikkan persepsi publik dalam waktu yang relatif singkat. Kini, iPad tidak hanya digunakan untuk konsumsi konten, tetapi juga untuk kebutuhan profesional seperti desain grafis, musik, produksi video, hingga pendidikan.
Dominasi Pasar yang Tak Terbantahkan
Menurut laporan terbaru dari IDC (International Data Corporation), iPad menyumbang lebih dari 36 persen pangsa pasar tablet global per kuartal akhir 2024 — menjadikannya pemimpin pasar yang konsisten selama lebih dari satu dekade. Di posisi kedua dan ketiga bertengger Samsung dan Amazon, namun dengan selisih jarak yang cukup signifikan.
“Apple telah menetapkan standar yang sulit dikejar oleh kompetitor. Dari segi performa, ekosistem, hingga daya tahan, iPad masih unggul di hampir semua lini,” ujar Rino Adityo, analis teknologi dari Jakarta Tech Insight.
Evolusi Produk dan Strategi Segmentasi
Salah satu kunci keberhasilan iPad adalah strategi diferensiasi produk. Apple merilis berbagai model sesuai kebutuhan pasar, mulai dari iPad reguler untuk pelajar, iPad mini untuk mobilitas tinggi, hingga iPad Pro yang menyasar kalangan profesional. Inovasi seperti Apple Pencil, Magic Keyboard, dan chip M1-M2 juga makin mempertegas posisi iPad sebagai alat kerja yang serius.
“Apple berhasil membuat orang berhenti bertanya ‘buat apa iPad’, dan mulai bertanya ‘iPad model mana yang cocok untuk saya’,” kata Rino.
Lebih dari Sekadar Gadget
Saat ini, iPad tak hanya identik dengan hiburan dan produktivitas, tetapi juga menjadi alat utama dalam transformasi digital di dunia pendidikan. Selama pandemi COVID-19, penjualan iPad melonjak karena digunakan dalam sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di sektor profesional, iPad bahkan mulai menggantikan laptop di kalangan pekerja kreatif dan pebisnis. Aplikasi seperti Procreate, LumaFusion, dan Notability menjadikan iPad alat kerja yang praktis dan fleksibel.
Kesimpulan: Dari Diragukan Menjadi Raksasa
iPad adalah bukti bagaimana sebuah inovasi yang awalnya diragukan, bisa berkembang menjadi solusi yang mendefinisikan sebuah era baru. Dari cibiran sebagai perangkat yang “tidak perlu”, kini iPad berdiri sebagai simbol keberhasilan inovasi berkelanjutan.