Di tengah tren global yang mengarah pada SUV berukuran jumbo dan kendaraan multifungsi keluarga, Lamborghini justru mengambil jalur berseberangan. Merek supercar asal Italia itu menegaskan bahwa mereka tidak tertarik mengikuti arus memproduksi SUV raksasa seperti para rivalnya. Alasannya? “Itu bukan DNA kami,” tegas CEO Lamborghini, Stephan Winkelmann, dalam wawancara eksklusif yang dirilis pekan ini.
SUV Besar? Tidak, Terima Kasih
Pernyataan ini muncul di tengah gelombang produsen mobil mewah lain seperti Bentley, Rolls-Royce, hingga Mercedes-Maybach yang berlomba-lomba menciptakan SUV besar, ultra-premium, dan supernyaman dengan kapasitas tiga baris penumpang. Tapi Lamborghini tetap bersikukuh pada garis desain dan filosofi performa mereka.
“Kami tidak pernah — dan tidak akan pernah — mengorbankan dinamika berkendara demi ruang kabin yang lebih besar,” kata Winkelmann. “Lamborghini bukan sekadar soal mobil cepat. Ini tentang gaya hidup ekstrem, presisi desain, dan jiwa balap. Kami tidak membuat mobil keluarga besar.”
Urus: Satu-satunya, dan Sudah Cukup
Lamborghini memang sudah terjun ke pasar SUV lewat Lamborghini Urus, yang kini jadi tulang punggung penjualan mereka secara global. Tapi bahkan Urus pun bukan SUV konvensional. Ia adalah SUV berperforma tinggi, dengan mesin twin-turbo V8, pengendalian lincah, dan desain yang agresif—lebih mirip banteng siap menyeruduk ketimbang kendaraan keluarga yang ramah anak.
“Urus adalah interpretasi Lamborghini atas SUV. Bukan sekadar versi tinggi dari supercar, tapi tetap menjaga semangat dan karakter khas kami,” tambah Winkelmann.
Versi terbaru Urus, termasuk varian hybrid dan performa tinggi (Urus SE dan Urus Performante), tetap mempertahankan fokus pada akselerasi, aerodinamika, dan pengalaman berkendara intens—bukan keleluasaan kabin atau kenyamanan berlapis-lapis ala SUV mewah lainnya.
Filosofi Desain: Bentuk Mengikuti Performa
Keputusan untuk tidak memproduksi SUV raksasa sejatinya bukan sekadar strategi produk, melainkan cerminan dari filosofi desain Lamborghini yang sudah mengakar. Setiap sudut, garis tegas, dan lekukan pada mobil Lamborghini diciptakan untuk menunjang aerodinamika dan kecepatan.
Mobil besar, tinggi, dan berat akan selalu berkompromi pada aspek-aspek ini. Dan bagi Lamborghini, kompromi seperti itu adalah hal yang tak bisa diterima.
Menjaga Eksklusivitas di Tengah Tren Massal
Di era elektrifikasi dan tuntutan pasar yang semakin beragam, banyak merek sport-car mulai melonggarkan batasannya demi memperluas pasar. Tapi Lamborghini memilih langkah berbeda: tetap eksklusif, tetap tajam, tetap “liar”.
“Kami tidak mengejar volume. Kami mengejar emosi. Itu yang dicari pelanggan kami,” ungkap Winkelmann.
Masa Depan: Elektrifikasi Iya, Tapi Tidak Kehilangan Karakter
Meski menolak SUV raksasa, Lamborghini tidak menutup mata terhadap perubahan industri. Model-model hybrid sudah mulai diperkenalkan (seperti Revuelto sebagai pengganti Aventador), dan roadmap menuju elektrifikasi penuh untuk 2030 telah disiapkan.
Namun, Winkelmann menegaskan bahwa apapun bentuk dan tenaga penggeraknya nanti, setiap Lamborghini akan tetap terasa seperti Lamborghini. Tidak akan ada kompromi soal performa, desain, atau sensasi berkendara.
Penutup: Setia pada Akar, Bukan Sekadar Ikut Tren
Di saat banyak merek otomotif mulai kehilangan identitas demi mengejar pasar, Lamborghini justru memperkuat karakternya. Menolak membuat SUV raksasa bukanlah bentuk keengganan terhadap kemajuan, melainkan bukti bahwa merek ini tahu siapa dirinya.
Bagi Lamborghini, bukan soal berapa banyak orang yang bisa duduk di dalam mobil—tapi seberapa dalam mobil itu bisa membangkitkan adrenalin. Dan untuk itu, SUV raksasa memang bukan jawabannya.