SR Uncategorized Reseller Bicara Potensi Harga iPhone Naik Imbas Tarif Trump: Siap-Siap Dompet Menipis?

Reseller Bicara Potensi Harga iPhone Naik Imbas Tarif Trump: Siap-Siap Dompet Menipis?

Reseller Bicara Potensi Harga iPhone Naik Imbas Tarif Trump: Siap-Siap Dompet Menipis? post thumbnail image

Isu panas kembali bergulir di dunia perdagangan global setelah kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat terhadap produk-produk asal Tiongkok kembali diperketat di bawah bayang-bayang “Trump Tariff 2.0”. Meski kebijakan ini bersifat internasional, imbasnya terasa hingga ke kantong konsumen Indonesia—terutama bagi para penggemar produk Apple.

Di tengah spekulasi pasar, sejumlah reseller iPhone di Indonesia mulai angkat suara, memberi sinyal bahwa kenaikan harga iPhone dalam waktu dekat nyaris tak terhindarkan. Alasannya? Sederhana namun kompleks: tarif impor yang lebih tinggi bisa menambah beban biaya distribusi dan produksi perangkat-perangkat Apple yang sebagian besar masih bergantung pada manufaktur di Tiongkok.


Trump dan Tarif: Gelombang Kedua Tekanan Perdagangan

Kebijakan tarif impor terhadap produk elektronik dan teknologi dari Tiongkok sejatinya bukan hal baru. Di era pertama kepemimpinan Donald Trump, langkah serupa sudah pernah dilakukan dengan alasan proteksi industri dalam negeri. Kini, dalam geliat ambisinya kembali mencalonkan diri, Trump kembali menggaungkan kebijakan serupa—dan Apple menjadi salah satu nama besar yang terdampak langsung.

Meski Apple adalah perusahaan berbasis di Cupertino, California, hampir 90% produksi iPhone dan perangkat Apple lainnya dirakit di pabrik milik Foxconn dan Pegatron di Tiongkok. Artinya, kenaikan tarif ekspor dari Tiongkok ke Amerika Serikat bisa menciptakan efek domino pada harga jual di seluruh dunia—termasuk Indonesia.


Suara dari Lapangan: “Kami Sudah Mulai Hitung Ulang”

Beberapa pelaku bisnis retail dan reseller iPhone lokal mengaku sedang bersiap menghadapi kemungkinan gelombang kenaikan harga.

“Kita belum tahu pasti berapa besar dampaknya, tapi kalau sudah masuk tahap distribusi baru dan ongkos barang dari Apple naik, otomatis harga di Indonesia pasti terpengaruh,” ujar Dito, pemilik gerai smartphone premium di kawasan Jakarta Selatan.

Menurut Dito, sebagian besar reseller saat ini memanfaatkan stok lama dengan harga sebelum tarif diberlakukan. Namun, ia memprediksi bahwa mulai pertengahan atau akhir kuartal kedua tahun ini, konsumen akan mulai merasakan perubahan harga, terutama untuk model-model flagship seperti iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max.

“iPhone sudah mahal. Kalau naik 5–10%, itu bisa setara uang makan sebulan buat sebagian orang,” candanya.


Efek Psikologis Konsumen: Beli Sekarang atau Nanti?

Bagi sebagian konsumen, isu kenaikan harga justru menjadi pemicu untuk membeli iPhone lebih cepat, sebelum harga melonjak. Hal ini terlihat dari peningkatan transaksi preorder untuk unit iPhone baru di beberapa marketplace lokal.

Namun, analis teknologi sekaligus pengamat tren digital, Hera Wulandari, menyebut bahwa efek ini hanya bersifat sementara.

“Lonjakan pembelian biasanya terjadi karena kekhawatiran. Tapi kalau harga benar-benar naik, konsumen bisa mulai menahan diri. Ini bisa memicu perlambatan pasar smartphone premium dalam jangka menengah,” ujarnya.


Strategi Apple: Diversifikasi Produksi?

Di sisi lain, Apple sebenarnya telah mulai merespons ketegangan geopolitik dengan perlahan mengalihkan sebagian produksinya ke India dan Vietnam. Namun, proses ini butuh waktu dan biaya besar, sehingga belum bisa sepenuhnya meredam efek dari tarif impor saat ini.

Artinya, selama Apple masih tergantung pada lini perakitan utama di Tiongkok, harga produknya tetap rentan terhadap kebijakan dagang AS–Tiongkok.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post